Pengertian karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pendidikan Karakter ialah suatu sistem Penanaman
nilai-nilai karakter warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all
dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam Pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu
perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus
berkarakter.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Adapun Pembentukan karakter ini merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Dalam
beberapa minggu ke depan para pelajar di seluruh Indonesia termasuk di Kota Padang
mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK akan mengikuti tahap yang sangat
menentukan dalam perjalanan proses pendidikannya yaitu Ujian Nasional.
Ujian
Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga sebagai seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya dan pemetaan mutu program satuan pendidikan.
Pelaksanaan
Ujian Nasional tingkat SMA/MA akan mulai digelar pada Minggu depan pada tanggal
16-19 April 2012, dan Ujian Nasional susulan akan dilaksanakan pada 23-26
April. Sedangkan mata pelajaran yang diujikan adalah untuk Program IPA adalah
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Matematika, Kimia dan Biologi. Untuk
Program IPS mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Ekonomi, Matematika, Sosiologi, Geografi. Sementara untuk MA Program
Keagamaan pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Tafsir, Matematika, Fiqih dan Hadist
Demikian
pula untuk pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMK akan mulai digelar pada
tanggal 16-19 April 2012, dan Ujian
Nasional susulan akan dilaksanakan pada 16-18 April dan Ujian Nasional
susulan akan dilaksanakan pada 23-25 April 2012. Sementara untuk mata pelajaran
yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Untuk
Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMP akan dilaksanakan seminggu sesudah
tingkat SMA yaitu pada tanggal 23-26
April 2012, dan Ujian Nasional susulan akan berlangsung pada 30 April-4 Mei
2012. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Sedangkan
Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SD/MI akan digelar pada 7-9 Mei 2012, dan
Ujian Nasional susulan akan dilaksanakan pada 14-16 Mei 2012. Sedangkan mata
pelajaran yang diujikan tidak ada perubahan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu
Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Setiap
pelajar, orang tuanya termasuk gurunya tentunya menginginkan anak-anak
mereka bisa lulus Ujian Nasional. Dan untuk mencapai itu rambu-rambu dan nilai
kejujuran dalam pelaksanaan Ujian Nasional harus betul-betul ditanamkan untuk
mencapai tujuan itu.
Mungkin terlalu sempit
atau bisa jadi dianggap sangat tidak berdasar kalau kita katakan bahwa
kecurangan yang dilakukan dalam pelaksanaan Ujian Nasional menjadi
indikator ketidak jujuran pendidikan kita. Namun, tidak salah, bila
dijadikan sebagai salah satu indikator. Karena masih banyak unsur atau
elemen lain yang bisa dijadikan indikator. Bila kita benar-benar jujur,
maka kecurangan yang dilakukan oleh siswa,guru, kepala sekolah maupun
para pengambil kibijakan pendidikan dengan manipulasi nilai Ujian
Nasional tersebut, adalah sebuah bentuk bentuk ketidak jujuran tersebut.
Sekolah sebagai salah satu basis atau learning center of honesty,
selama ini sudah kehilangan makna kejujuran..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/01/pendidikan-karakter-dipertaruhkan-dalam.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Mungkin terlalu sempit
atau bisa jadi dianggap sangat tidak berdasar kalau kita katakan bahwa
kecurangan yang dilakukan dalam pelaksanaan Ujian Nasional menjadi
indikator ketidak jujuran pendidikan kita. Namun, tidak salah, bila
dijadikan sebagai salah satu indikator. Karena masih banyak unsur atau
elemen lain yang bisa dijadikan indikator. Bila kita benar-benar jujur,
maka kecurangan yang dilakukan oleh siswa,guru, kepala sekolah maupun
para pengambil kibijakan pendidikan dengan manipulasi nilai Ujian
Nasional tersebut, adalah sebuah bentuk bentuk ketidak jujuran tersebut.
Sekolah sebagai salah satu basis atau learning center of honesty,
selama ini sudah kehilangan makna kejujuran..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/01/pendidikan-karakter-dipertaruhkan-dalam.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Mungkin terlalu sempit atau bisa
jadi dianggap sangat tidak berdasar kalau kita katakan bahwa kecurangan yang
dilakukan dalam pelaksanaan Ujian Nasional menjadi indikator ketidak jujuran
pendidikan kita. Namun, tidak salah, bila dijadikan sebagai salah satu
indikator. Karena masih banyak unsur atau elemen lain yang bisa dijadikan
indikator. Bila kita benar-benar jujur, maka kecurangan yang dilakukan oleh
siswa,guru, kepala sekolah maupun para pengambil kibijakan pendidikan dengan
manipulasi nilai Ujian Nasional tersebut, adalah sebuah bentuk bentuk ketidak
jujuran tersebut. Sekolah sebagai salah satu basis atau learning center of
honesty, selama ini sudah kehilangan makna kejujuran
Untuk
itu seharusnya Ujian Nasional bukan tidak dimaknai hanya urusan kelulusan
semata tetapi bisa menjadi media dalam membangun karakter bangsa. Dimana salah
satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun karakter anak didik.
Jadi jika dalam pelaksanaan Ujian Nasional sudah dilakukan dengan tidak
jujur menghalalkan segala cara percuma saja pembangunan karakter yang sering
didengungkan selama ini. Tentunya menjadi pertanyaan besar jika dalam Ujian
sudah tidak jujur ke depannya bagaimana bangsa ini jika generasi mudanya
dilahirkan dari proses pendidikan yang tidak jujur.
Maka
dalam hal ini, jangan memaksakan siswa harus lulus 100% jika mreka memang tidak
mampu, selayaknya semua komponen berbuat apa adanya dan itu merupakan kemampuan
individu dari masing-masing siswa setelah mereka mengecap pendidikan di setiap
tingkat. Begitu juga pihak Instansi terkait, diharapkan jangan terlalu monoton
dan membebani pihak sekolah terutama Kepala Sekolah sebagai unsur pimpinan agar
memaksimalkan kelulusan. Ketika hal ini terjadi, maka indikasi ketidakjujuran
akan terlaksana. Reputasi dan nama baik sekolah pada dasarnya dipertaruhkan
pada saat Ujian Nasional, akan tetapi hal ini akan terlihat, sejauhmana kita
memahami dan mengamalkan pendidikan karakter tersebut. Apakah kita sudah mampu
atau belum?? Siapkah kita melihat siswa-siswa mengalami kegagalan dalam ujian
nasional??
Kondisi
di atas mengatakan ada dua pilihan bagi dunia pendidikan. Ketika berkeinginan
pendidikan karakter ini terus dilanjutkan dan ditanamkan kepada generasi
penerus, maka salah satu aplikasi dari teori yang telah kita paparkan selama
ini, maka pelaksanaan ujian nasional 2012 ini merupakan langkah awal aplikasi
kejujuran dalam pendidikan berkarakter. Namun ketika kita tetap menjalankan
kebiasaan lama dengan menghalalkan segala cara ketika berlangsungnya ujian
nasional, maka yakinlah bahwa pendidikan karakter itu tidak akan berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan akan kita telah menanam dan menyiram generasi
penerus yang tidak bermartabat dan akan lahir gayus-gayus penerus.
Akankah
ini berjalan sesuai dengan cita-cita Pendidikan nasional untuk menciptakan
pendidikan yang berkarakter atau sebaliknya. Mari kita tunggu saat……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkaryalah. terima kasih