B. BIDANG KAJIAN : Strategi Pembelajaran
C. PENDAHULUAN
Pendidikan agama Islam adalah salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan pola pikir dan tingkah laku siswa. Peranan pendidikan agama Islam sangat menentukan terhadap prilaku dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pembentukan pola pikir siswa dan tingkah laku, tidaklah berlebihan jika siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang baik tentang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islam merupakan suatu pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk ciptaan-Nya. Artinya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan lebih mudah memahami pelajaran tersebut, namun ketika siswa hanya diam dan tidak memperhatikan sama sekali, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat dikatakan aktif dan dapat mengakibatkan hasil belajar yang rendah.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Usaha tersebut di antaranya dengn penyempurnaan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menambah sarana dan prasarana pendidikan serta mengadakan pembinaan guru melalui penataran. Beberapa usaha untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam juga telah dilakukan di SMPN 35 Padang, namun usaha tersebut masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang kurang memahami pendidikan agama Islam dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung hanya 40 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya 5,6.
Rendahnya aktifan dan capaian hasil belajar tersebut merupakan indikasi bahwa pembelajaran itu berjalan dengan tidak efektif. Capaian hasil belajar yang belum optimal menunjukkan telah terjadinya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Rendahnya aktifan dan hasil belajar diduga karena adanya beberapa komponen pembelajaran yang belum berfungsi secara baik. Oleh karena itu, guru dan siswa adalah komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan, maka ada beberapa faktor penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar, di antaranya; siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang disebabkan tidak mengerjakan PR, siswa jenuh ketika belajar pendidikan agama Islam, siswa terdorong melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran seperti membaca, mengobrol, bermain, berdiam diri tanpa memperhatikan keterangan guru dan bahkan ada yang keluar yang disebabkan guru terlalu monoton dalam satu metode pembelajaran.
Melihat dari kondisi yang ada di lapangan dengan yang idealnya, sangat jauh berbeda, karena pendidikan agama Islam sudah sepantasnya dikuasai oleh siswa sebagai pedoman dalam menjalankan hidup dan hasil belajar yang diperolehnya berada di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM). Sedangkan secara idealnya mereka harus mampu menguasai Pendidikan agama Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan dan memiliki nilai minimal rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (6,5), namun itu semua masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sifat pembelajaran pendidikan agama Islam sekolah yang berjenjang dan spiral membuat masalah di atas tidak bisa terus-menerus dibiarkan, karena akan membuat siswa menghadapi kendala untuk maju ke tahap pembelajaran berikutnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diterapkan pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam hal ini guru harus dapat melaksanakan model pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam dengan baik.
Menciptakan proses pembelajaran yang menunjang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dan hasil belajarnya menjadi lebih baik, guru dapat menerapkan dan merancang berbagai strategi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menunjang aktifitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya meningkat adalah melalui pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini siswa diberi kesempatan untuk memahami pendidikan agama Islam. Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan teman-teman sekelompoknya dan mengembangkan ide-ide mereka kemudian menerangkannya dalam bentuk soal yang nantinya akan dikirim ke kelompok lain. Di samping itu mereka juga dituntut untuk mampu memberikan solusi dari soal yang diajukan oleh kelompok lain. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan selanjutnya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Oleh karena itu, melalui penelitian akan dilihat apakah pembelajaran pendidikan agama Islam melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
2. Apakah penggunaan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan informasi tentang strategi pembelajaran melalui upaya :
1. Meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar pendidikan agama Islam pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
2. Meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar terutama bermanfaat bagi:
1. Siswa dalam mengatasi berbagai kendala dalam belajar seperti ketidakaktifan dalam belajar, kejenuhan dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Guru dalam rangka menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, sehingga dapat mengaktifkan Siswa dalam proses pembelajaran.
3. Tenaga kependidikan lainnya dalam menciptakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
G. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Belajar Aktif
Menurut Silberman (2004:4) ”Hal yang menyebabkan kurang aktifnya kegiatan belajar ketika siswa beranjak dewasa adalah guru merasa terikat oleh mata pelajaran mereka dan tertekan oleh terbatasnya waktu yang mereka miliki untuk mengajarkannya”.
Untuk dapat menanggulangi keterbatasan waktu yang dimiliki dalam mengajarkan materi, siswa dapat
diberikan semacam tugas yang dapat mereka pelajari di luar jam pelajaran. Dengan adanya tugas ini siswa bisa lebih memahami materi pelajaran karena memiliki kesempatan untuk menggunakan beragam cara belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa melakukan bermacam-macam aktifitas, menurut Sardiman (2001:99) aktifitas yang dapat dilakukan siswa selama pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Visual aktifities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.
2) Oral Aktifities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening aktifities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato.
4) Writing aktifities, seperti menulis cerita, laporan, angket.
5) Drawing aktifities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor aktifities, yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, merevarasi.
7) Mental aktifities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional aktifities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tegang, gugup.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran tersebut sangat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus mampu merangsang supaya aktifitas-aktifitas siswa tersebut dapat muncul secara optimal dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka aktifitas belajar yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah (1) membaca, (2) berdiskusi, (3) bertanya, (4) menjawab pertanyaan , (5) memperhatikan, (6) semangat, (7) mencatat, dan (8) mengemukakan pendapat.
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran dapat diketahui melalui salah satu indikator hasil belajar yaitu tes, karena tes merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Arikunto (1992:7) ”Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa dan penggunaan metode sudah tepat atau belum”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang telah dipelajari serta untuk melihat ketuntasan belajar siswa.
3. Tinjauan tentang pembelajaran pendidikan agama Islam
Belajar merupakan kegiatan yang dapat memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap pada diri seseorang. Orang yang telah belajar memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Slameto (1995:3)
1). Perubahan yang terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat tetap; 4) perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif; 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; 6) perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek.
Untuk mencapai perubahan-perubahan dalam belajar, guru hendaknya dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Muliyardi (2003: 3) ”Pembelajaran merupakan upaya untuk membangkitkan insiatif dan peran siswa dalam belajar”.
Berdasarkan hal tersebut, siswa yang aktif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat mengkonstruksi pengetahuannya, sedangkan guru tetap berperan sebagai motivator dan fasilator. Sebagai fasilator guru harus mampu menciptakan suasana yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang melibatkan siswa aktif secara mental akan membentuk kepribadian siswa, siswa aktif secara fisik akan membuat siswa dapat melakukan aktifitas berbicara, menulis dan membaca. Di samping itu, pembelajaran pendidikan agama Islam yang melibatkan siswa aktif secara sosial akan melibatkan siswa untuk saling berhubungan dengan siswa lainnya. Dengan kata lain dapat mengajak siswa berinteraksi dengan sesamanya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diterapkan model pembelajaran yang meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar.
4. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar di dalam kelas yang terdiri dari sekelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah. hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Muliyardi (2003 :100) ”Pembelajaran kooperatif mencakup sekelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama”.
Maka adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti yang diungkapkan oleh Arends (1994:407) sebagai berikut;
1. Siswa bekerja dalam kelompoknya untuk menjadi kelompok ahli dalam materi pembelajaran
2. Kelompok terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah
3. Kelompok terdiri dari jenis kelamin yang berbeda antara kelompok
4. Sistem penulisan lebih berorientasi kepada penilaian kelompok dari nilai perorangan.
Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran kooperatif, maka ada enam fase yang harus dilalui oleh guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Fase-fase tersebut sebagai berikut :
1. ”Provide Objective and self” guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan kerangka tugas pembelajaran.
2. ”Present information”, yaitu guru menyampaikan informasi kepada siswa bisa dalam bentuk verbal (ceramah) ataupun dalam bentuk penyampaian teks.
3. ”Organize Students in learning team”, guru menjelaskan dan membantu siswa membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok melakukan perubahan yang efisien.
4. ”Assist team work study”, yaitu guru membantu kelompok, menunjukkan cara melakukan sesuatu (bekerja) dan membantu berlangsungnya proses pembelajaran .
5. ”Testing ”, yaitu guru mengevaluasi pengetahuan tentang materi yang diajarkan atau hasil prestasi kerja kelompok.
6. ”Recognize Achievemenf”, yaitu usaha guru dalam mendeteksi keberhasilan, baik keberhasilan individu maupun keberhasilan kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok sekaligus bertanggung jawab pada aktifitas belajar kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
5. Teknik Berkirim Salam
Model pembelajaran kooperatif dengan teknik berkirim salam dan soal akan memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menyelesaikan soal-soal pendidikan agama Islam. Dalam proses pembelajaran siswa dibimbing untuk membuat soal pendidikan agama Islam sehingga mereka akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menguasai konsep-konsep pendidikan agama Islam agar dapat menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya. Di samping itu, siswa memiliki tanggung jawab dalam proses pembelajaran sehingga mereka menggali sendiri materi.
Pembelajaran kooperatif dengan bentuk berkirim salam dan soal tersebut siswa bekerja sama dan saling membantu membuat soal dan jawabannya, kemudian soal dikirim kepada kelompok lain. Selanjutnya siswa bersama anggota kelompoknya bekerja sama menyelesaikan soal kiriman dari kelompok lain. Di samping itu juga, masing-masing anggota kelompok akan memberikan semangat kepada salah satu anggota yang dipanggil maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Anita Lie (2002:50) ”Kelompok bisa memberi semangat salah satu rekannya yang dipanggil maju oleh guru”.
Pembentukan soal melalui teknik pembelajaran kooperatif berkirim salam dan soal dapat melatih siswa untuk mengembangkan dan menyelesaikan sendiri soal yang dibuatnya. Soal ini diperoleh dengan mengadakan perubahan pada soal yang telah ada atau dengan sedikit perubahan.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pembentukan soal, guru perlu memberikan beberapa contoh soal dengan cara sebagai berikut :
1. Membentuk soal dari soal yang sudah ada, atau memperluas soal yang sudah ada.
2. Membentuk soal dari situasi atau gambar konkrit (alat peraga)
3. Membentuk sejumlah soal yang mirip, tetapi dengan taraf kesulitan yang berbeda dan bervariasi.
6. Kerangka Berfikir
Untuk dapat memahami suatu konsep dalam Pendidikan agama Islam, siswa harus benar-benar aktif, dengan kata lain, bahwa belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan secara aktif menciptakan pengetahuan dan keterampilan. Salah satunya adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran kooperatif berkirim salam dan soal dalam pelajaran pendidikan agama Islam. Teknik pembelajaran kooperatif ini melatih siswa untuk mengembangkan soal beserta penyelesaiannya. Secara tidak langsung akan memotivasi dirinya untuk memahami konsep-konsep dasar pendidikan agama Islam pada pokok bahasan tersebut.
Dalam membuat soal diperlukan daya kreatifitas siswa sehingga dapat membantu siswa untuk mencari alternatif soal baru. Berdasarkan hal tersebut, maka teknik pembelajaran kooperatif berkirim salam dan soal akan membimbing siswa tersebut untuk melibatkan diri secara lebih aktif sehingga dapat mengurangi peran guru yang dominan, menyebabkan timbulnya tanggung jawab pada diri siswa terhadap soal yang dibuatnya dan melibatkan diri lebih banyak dalam menelaah materi dan konsep-konsep pendidikan agama Islam sehingga pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif dengan teknik berkirim salam dan soal akan meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitan ini adalah penelitian tindakan kelas yang merupakan upaya peningkatan aktifitas dan hasil belajar. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2008 / 2009 selamayan 4 (empat) bulan yang dimulai pada bulan Pebruari 2009 sampai dengan Mei 2008.
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di SMPN 35 Padang. Pemilihan tempat ini diambil karena pada tempat tersebut peneliti melaksanakan tugas sebagai guru. Di samping itu, keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam sangat kurang dan hasil belajarnya sangat rendah dibandingkan dengan nilai standar pada Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ialah kelas VII SMPN 35 Padang tahun pelajaran 2008/ 2009 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 22 orang perempuan.
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
Siklus 1
1. Perencanaan
- Memilih atau menetapkan materi yang disajikan
- Menyiapkan RPP berdasarkan topik untuk penelitian dan skenario pembelajaran
- Menetapkan buku sumber
- Merancang instrumen tes uji instrumen (free test)
- Merancang instrumen berbentuk lembar observasi aktifitas siswa
- Merencanakan waktu untuk pelaksanaan tindakan
- Menyusun dan menetapkan teknik pengumpulan data
- Menyiapkan daftar hadir siswa
- Menyiapkan instrumen untuk tes hasil akhir
- Menyiapkan daftar nilai tes kemampuan siswa
2. Tindakan
Dalam pelaksanaan siklus I dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Memberikan tes awal kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.
- Menjelaskan pembelajaran yang akan menggunakan teknik berkirim salam dan soal.
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang berbeda
- Guru membagikan buku paket yang berhubungan dengan materi
- Setiap kelompok membaca dan memahami materi, kemudian setiap anggota kelompok membuat soal berdasarkan materi masing-masing.
- Setelah selesai berdiskusi, guru mengumpulkan lembar jawaban yang telah dibuat oleh tiap-tiap kelompok.
- Setiap kelompok mencabut nomor untuk dua kelompok yang lainnya
- Dua orang dari dua kelompok mengirimkan soal kepada dua kelompok yang terpilih, sementara kelompok yang lain menunggu soal yang akan dikirim dari dua kelompok yang lain.
- Setiap kelompok berdiskusi mengerjakan soal kiriman kelompok lain.
- Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok mengembalikan lembar soal dan jawaban ke kelompok asal.
- Kemudian jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban dari kelompok lain dengan cara guru memanggil salah satu anggota kelompok untuk menyebutkan jawaban tersebut serta kelompok lain memeriksa kebenaran jawabannya.
- Memberikan tes tentang materi pelajaran yang telah diberikan selama periode siklus pertama.
3. Observasi
- Melaksanakan pengamatan terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
- Mencatat semua aktifitas siswa dalam pembelajaran baik positif maupun negatif dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
- Mengobservasi dan mencatat kegiatan siswa yang menjadi anggota kelompok yang berperan aktif.
4. Refleksi
- Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil observasi melalui catatan pada lembar observasi tentang aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus 1.
- Melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjawab tes akhir dan merencanakan tindakan berikutnya.
- Evaluasi terhadap capaian yang diperoleh pada siklus 1 didasarkan pada dua hal yaitu tingkat keaktifan siswa dan hasil belajar. Apabila jumlah siswa yang melaksanakan aktifitas pembelajaran kurang dari 70 % dan rata-rata kemampuan menjawab tes akhir kurang dari 6,5, maka tindakan dilanjutkan ke siklus 2.
Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 polanya sama dengan siklus 1, setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya.
4. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar pada setiap siklus.
5. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik analisa data yaitu;
1. Analisis Observasi
Hasil observasi dianalisis dengan metode analisis deskriptif
2. Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar dianalisis dengan metode statistik deskriptif untuk melihat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan untuk melihat perbedaan hasil belajar setelah tindakan digunakan teknik perbedaan mean score.
6. Analisis Reflektif
Analisis reflektif dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kepuasan peneliti dalam usaha mencapai tujuan penelitian, dengan pengertian bahwa perlakuan dalam pembelajaran ”bagaimana” telah mencapai hasil ”seperti apa” serta bagaimana perlakuan dalam pembelajaran berikutnya.
7. Indikator Kerja
Kondisi siswa selama ini dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih 40 % yang aktif, maka dengan adanya tindakan kelas ini diharapkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 60 %.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah diadakan evalusai dalam setiap kompetensi dasar memiliki nilai rata-rata 5,6, maka dengan adanya penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran sebelumnya, jadi setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teknik salam dan soal diharapkan mempunyai nilai rata-rata minimal 6,5.
I. JADWAL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan dari bulan Pebruari sampai dengan Mei 2009 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut;
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Deporter, Bobi & Mike Hernacki, (1999), Quantum Learning. Bandung : Kifa
Djaafar, Tengku Zahara (2001). Konstribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jakarta : FIP UNP
Ibrahim, Muslimin Dkk (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA Unibersity
Lie, Anita (2002). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Slameto (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Slavin, Robert E (1995). Cooperatif Learning; Teory Research and Practice. Singapura : Allyn & Bacon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkaryalah. terima kasih