Inspirasi

"Students don`t Care How Much You Know until They Know How Much You care" -=Siswa tidak peduli Betapa pintarnya Seorang guru, Yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya=-

Senin, 05 Desember 2011

PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM METODE DEMONSTRASI

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Latar Belakang Masalah
Qur’an menurut bahasa adalah “bacaan”. Adapun definisi al-quran adalah kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya adalah ibadah. Dengan definisi ini, maka kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-quran. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu illahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-quran termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala. Al-quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun dikala susah dikala gembira ataupun dikala sedih, bahkan membaca al quran menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Setiap mukmin yang mempercayai Al-quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-quran adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya”.
Hidup di dunia yang tanpa batas (borderless) era globalisasi. Berbagai informasi baik itu diperlukan atau tidak, buruk atau baik menghampiri rumah-rumah setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang sebagian kecil orang merupakan anugerah, namun bagi sebagian besar lainya lebih sering berakibat buruk walaupun kadang kurang disadarinya. Era informasi yang oleh Alvin Tofler disebut dengan istilah gelombang ketiga “third wave” ini melanda seluruh dunia. “Barang siapa yang menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia” bukanlah isapan jempol. Sayangnya, yang menguasai pusat-pusat informasi adalah mereka yang bermodal besar namun minim tanggung jawab moral, sehingga program-program yang disuguhkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan cenderung merusak moral. Bagi mereka tidak masalah apapun program yang disajikan selama itu disukai masyarakat dan mendatangkan keuntungan yang banyak.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan terjadinya dekadensi moral melanda sebagian besar masyarakat. Pergaulan bebas, gaya hidup yang serba bebas, obat-obatan terlarang, minum-minuman keras, dan efek-efek negatif lainnya.
Adapun untuk mengantisipasi dampak negatif media informasi yang merusak perlu adanya gerakan kembali kepada Al-quran dalam rangka menggali nilai-nilai Al-quran sebagai perisai guna membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral. Belajar Al-quran hendaknya dilakukan dari semenjak dini sekitar 5 atau 6 tahun, sehingga ketika beranjak remaja anak diharapkan familiar dengan bacaan-bacaan Al-quran bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek. Belajar Al-quran dapat dibagi kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti qaedah-qaedah qiraat yang berlaku dan tajwid, belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan belajar menghafalnya di luar kepala. Tidak dapat dipungkiri masih terlalu banyak anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis Al-quran dengan berbagai alasan padahal Al- quran merupakan rujukan utama bagi umat Islam.
Bagaimana bisa menggali nilai-nilai Al-quran dalam rangka membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral jika anak tidak dapat membaca dan menulis Al-quran. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-quran siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di Kelas VII SMP Negeri 35 Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada : Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas ialah :
1. Untuk Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis Al-Qur`an pada kelas VII SMP Negeri 35 Padang melalui metode demonstrasi
2. Untuk mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran, di antaranya :
1. Bagi siswa, dapat lebih meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an
2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan metode demonstrasi.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian sejenis.
F. Kajian Teori
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertanggkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodson, 1960:43-44). Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Andrson, 972 : 202-210).
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adakah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
3. Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat : Penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, salursan atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
4. Manfaat Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan menulis ini di antaranya adalah sebagai berikut : meningkatkan kecerdasan; mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas; menumbuhkan keberanian; dan mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
5. Metode Demonstrasi
Menurut Syaepul Sagala (2005:210) metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata. Yang dimaksud dengan metode demonstrasi dalam belajar dan mengajar yaitu metode yang digunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan suatu proses dengan peraturan yang benar.
Menurut Sudirman (1991:113), demonstrai adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan, metode ini baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Metode Demonstrasi ialah suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Guru menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau prosesnya. Selanjutnya Jusuf Djayadisastra berpendapat bahwa dalam metode ini peranan guru sangat menentukan karena kejelasan dari sesuatu yang dipertunjukkan dan dijelaskan tergantung dari cara guru tersebut memperlihatkannya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode demontrasi :
a. Kelebihan:
1. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, dengan demikian dapat menghindarkan verbalisme.
2. Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari
3. Proses pelajaran akan lebih menarik
4. Siswa dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri
5. Melalui metode ini dapat sajikan materi pelajaran yang tidak mungkin atau kurang sesuai dengan menggunakan metode lain
b. Kelemahannya
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu jam pelajaran lain.
6. Cara Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Untuk menggunakan metode demonstrasi dengan baik, beberapa langkah perlu ditempuh antara lain : Penentuan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini pertimbangkan apakah tujuan yang akan dicapai dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan menggunakan metode demonstrasi. Materi yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin ditonjolkan Siapkan fasilitas penunjang demonstrasi seperti peralatan, tempat, dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik Pertimbangkan jumlah siswa yang dihubungkan dengan hal yang akan didemonstrasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas Buatlah garis besar langkah atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara berurutan dan tertulis pda papan tulis atau padakertas lembar agar dapat dibaca siswa dan gurunya secara keseluruhan Untuk menghindari kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu. Tak jarang demonstrasi gagal hanya karena hal kecil seperti kabel listrik yang kurang panjang, penerangan (lampu) yang kurang terang, atau penempatan peralatan yang kurang strategis.
7. Pelaksanaan Demonstrasi
Setelah segala sesuatu direncanakan dan disiapkan, langkah berikutnya ialah mulai melaksanakan demonstrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Sebelum memulai, periksalah sekali lagi kesiapan peralatan yang akan didemonstrasikan, pengaturan tempat, keterangan tentang garis besar langkah dan pokok-pokok yang akan didemonstrasikan.
b. Siapkan siswa, barangkali ada hal yang perlu mereka catat
c. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
d. Ingatlah Pokok-pokok materi yang didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran
e. Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikan keadaan, apakah semua mengikuti dengan baik
f. Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakan suasana yang harmonis
g. Berikanlah kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain serta mencoba melakukannya sendiri dengan bimbingan guru.
G. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari Oktober s/d Desember 2011. Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 35 Padang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.3 yang berjumlah 38 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena dalam pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan data.

3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus yaitu :
a. Perencanaan (planning)
- Mendiskusikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan sebagai tindakan dalam siklus
- Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sesuai materi yang telah ditetapkan
- Mengembangkan skenario pembelajaran
- Mengembangkan format observai dan format evaluasi
b. Aksi atau tindakan (acting)
- Pelaksanaan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes
c. Obervasi (Observing)
- Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang disiapkan
d. Refleksi (reflecting).
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada skenario pembelajaran.
- Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, tes kemampuan pemahaman dan lain-lain.
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada pertemuan berikutnya. Tahap pelaksanaan ini terus dilakukan secara berulang dan berkesinambungan sesuai siklus
H. Indikator keberhasilan
Adapun yang menjadi indicator keberhasilannya adalah :
1. Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada tiap-tiap siklus dapat dilaksanakan dengan baik
2. Aktivitas siswa dalam belajar meningkat
3. Lebih dari 70% siswa yang mendapat nilai 65 ke atas
I. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tes kemampuan pada siklus 1 dan 2
b. Data observasi pada waktu proses pembelajaran
c. Jurnal harian (catatan harian)
d. Foto, diambil pada waktu proses pembelajaran
2. Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh melalui observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian
3. Obervasi
Observasi dilakukan untuk memperolah informasi kegiatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi pengamatan, kita akan memperoleh masukan tentang akitifitas siswa, cara belajar, kerjasama antar siswa dan sebagainya.
4. Jurnal Harian
Jurnal harian semacam catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas maupun kegiatan guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
5. Data tes kemampuan
Data ini diambil dari pertemuan pertama maupun pertemua kedua, ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil selama kegiatan dilakukan dan menggunakan data kuantitatif.
6. Foto
Foto digunakan untuk melengkapi informasi data agar peristiwa yang tejadi dalam kegiatan penelitian dapat direkam dan dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan data.
J. Analisis Data
1. Data observasi
Data tes observasi ini diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan berjalan dengan menggunakan ceklis kemudian dipersentasikan

2. Data tes kemampuan
Data tes ini untuk menemukan nilai setiap siswa dari hasil tes dengan skala nilai 100 untuk menentukan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 65 ke atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkaryalah. terima kasih

Komentar facebook