Inspirasi

"Students don`t Care How Much You Know until They Know How Much You care" -=Siswa tidak peduli Betapa pintarnya Seorang guru, Yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya=-

Selasa, 06 Desember 2011

LAPORAN PTK AGAMA SMP N 35 PADANG


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam adalah salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan pola pikir dan tingkah laku siswa. Peranan pendidikan agama Islam sangat menentukan terhadap prilaku dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.  Mengingat pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pembentukan pola pikir siswa dan tingkah laku, tidaklah berlebihan jika siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang baik tentang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islam merupakan suatu pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk ciptaan-Nya. Artinya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan lebih mudah memahami pelajaran tersebut, namun ketika siswa hanya diam dan tidak memperhatikan sama sekali, maka  siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat dikatakan aktif dan dapat mengakibatkan hasil belajar yang rendah.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Usaha tersebut di antaranya dengn penyempurnaan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menambah sarana  dan prasarana pendidikan serta  mengadakan pembinaan guru melalui penataran. Beberapa usaha untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam juga telah dilakukan di SMPN 35 Padang, namun usaha tersebut masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang kurang memahami pendidikan agama Islam dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung hanya 40 % dan  rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya 5,6.
 Rendahnya aktifan dan capaian hasil belajar tersebut merupakan indikasi bahwa pembelajaran itu berjalan dengan tidak efektif. Capaian hasil belajar yang belum optimal menunjukkan telah terjadinya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Rendahnya aktifan dan hasil belajar diduga karena adanya beberapa komponen pembelajaran yang belum berfungsi secara baik. Oleh karena itu, guru dan siswa adalah komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan, maka ada beberapa faktor penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar, di antaranya; siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang disebabkan tidak mengerjakan PR, siswa jenuh ketika belajar pendidikan agama Islam, siswa terdorong melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran seperti membaca, mengobrol, bermain, berdiam diri tanpa memperhatikan keterangan guru dan bahkan ada yang keluar yang disebabkan guru terlalu monoton dalam satu metode pembelajaran.
Melihat dari kondisi yang ada di lapangan dengan yang idealnya, sangat jauh berbeda, karena pendidikan agama Islam sudah sepantasnya dikuasai oleh siswa sebagai pedoman dalam menjalankan hidup dan hasil belajar yang diperolehnya berada di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM). Sedangkan secara idealnya mereka harus mampu menguasai Pendidikan agama Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan dan memiliki nilai minimal rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (6,5), namun itu semua masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sifat pembelajaran pendidikan agama Islam sekolah yang berjenjang dan spiral membuat masalah di atas tidak bisa terus-menerus dibiarkan, karena akan membuat siswa menghadapi kendala untuk maju ke tahap pembelajaran berikutnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diterapkan pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam hal ini guru harus dapat melaksanakan model pembelajaran yang dapat mendukung  keberhasilan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam dengan baik.
Menciptakan proses pembelajaran yang menunjang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dan hasil belajarnya menjadi lebih baik, guru dapat menerapkan dan merancang berbagai strategi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menunjang aktifitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya meningkat adalah melalui pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini siswa diberi kesempatan untuk memahami pendidikan agama Islam. Siswa  dilatih untuk dapat bekerja sama dengan teman-teman sekelompoknya dan mengembangkan ide-ide mereka kemudian menerangkannya dalam bentuk soal yang nantinya akan dikirim ke kelompok lain. Di samping itu mereka juga dituntut untuk mampu memberikan solusi dari soal yang diajukan oleh kelompok lain. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan selanjutnya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Oleh karena itu, melalui penelitian akan dilihat apakah pembelajaran pendidikan agama Islam melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.      Apakah penggunaan model kooperatif tipe  berkirim salam dan soal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
2.      Apakah penggunaan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran

Senin, 05 Desember 2011

PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM METODE DEMONSTRASI

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Latar Belakang Masalah
Qur’an menurut bahasa adalah “bacaan”. Adapun definisi al-quran adalah kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya adalah ibadah. Dengan definisi ini, maka kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-quran. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu illahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-quran termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala. Al-quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun dikala susah dikala gembira ataupun dikala sedih, bahkan membaca al quran menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Setiap mukmin yang mempercayai Al-quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-quran adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya”.
Hidup di dunia yang tanpa batas (borderless) era globalisasi. Berbagai informasi baik itu diperlukan atau tidak, buruk atau baik menghampiri rumah-rumah setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang sebagian kecil orang merupakan anugerah, namun bagi sebagian besar lainya lebih sering berakibat buruk walaupun kadang kurang disadarinya. Era informasi yang oleh Alvin Tofler disebut dengan istilah gelombang ketiga “third wave” ini melanda seluruh dunia. “Barang siapa yang menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia” bukanlah isapan jempol. Sayangnya, yang menguasai pusat-pusat informasi adalah mereka yang bermodal besar namun minim tanggung jawab moral, sehingga program-program yang disuguhkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan cenderung merusak moral. Bagi mereka tidak masalah apapun program yang disajikan selama itu disukai masyarakat dan mendatangkan keuntungan yang banyak.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan terjadinya dekadensi moral melanda sebagian besar masyarakat. Pergaulan bebas, gaya hidup yang serba bebas, obat-obatan terlarang, minum-minuman keras, dan efek-efek negatif lainnya.
Adapun untuk mengantisipasi dampak negatif media informasi yang merusak perlu adanya gerakan kembali kepada Al-quran dalam rangka menggali nilai-nilai Al-quran sebagai perisai guna membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral. Belajar Al-quran hendaknya dilakukan dari semenjak dini sekitar 5 atau 6 tahun, sehingga ketika beranjak remaja anak diharapkan familiar dengan bacaan-bacaan Al-quran bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek. Belajar Al-quran dapat dibagi kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti qaedah-qaedah qiraat yang berlaku dan tajwid, belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan belajar menghafalnya di luar kepala. Tidak dapat dipungkiri masih terlalu banyak anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis Al-quran dengan berbagai alasan padahal Al- quran merupakan rujukan utama bagi umat Islam.
Bagaimana bisa menggali nilai-nilai Al-quran dalam rangka membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral jika anak tidak dapat membaca dan menulis Al-quran. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-quran siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di Kelas VII SMP Negeri 35 Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada : Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis Al-Qur`an siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas ialah :
1. Untuk Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis Al-Qur`an pada kelas VII SMP Negeri 35 Padang melalui metode demonstrasi
2. Untuk mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan

Sabtu, 03 Desember 2011

PROPOSAL PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MODEL TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL

A. JUDUL PENELITIAN : Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Model Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada Siswa Kelas VII SMPN 35 Padang

B. BIDANG KAJIAN : Strategi Pembelajaran

C. PENDAHULUAN
Pendidikan agama Islam adalah salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan pola pikir dan tingkah laku siswa. Peranan pendidikan agama Islam sangat menentukan terhadap prilaku dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pembentukan pola pikir siswa dan tingkah laku, tidaklah berlebihan jika siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang baik tentang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islam merupakan suatu pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk ciptaan-Nya. Artinya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan lebih mudah memahami pelajaran tersebut, namun ketika siswa hanya diam dan tidak memperhatikan sama sekali, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat dikatakan aktif dan dapat mengakibatkan hasil belajar yang rendah.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Usaha tersebut di antaranya dengn penyempurnaan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menambah sarana dan prasarana pendidikan serta mengadakan pembinaan guru melalui penataran. Beberapa usaha untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam juga telah dilakukan di SMPN 35 Padang, namun usaha tersebut masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang kurang memahami pendidikan agama Islam dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung hanya 40 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya 5,6.
Rendahnya aktifan dan capaian hasil belajar tersebut merupakan indikasi bahwa pembelajaran itu berjalan dengan tidak efektif. Capaian hasil belajar yang belum optimal menunjukkan telah terjadinya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Rendahnya aktifan dan hasil belajar diduga karena adanya beberapa komponen pembelajaran yang belum berfungsi secara baik. Oleh karena itu, guru dan siswa adalah komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan, maka ada beberapa faktor penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar, di antaranya; siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang disebabkan tidak mengerjakan PR, siswa jenuh ketika belajar pendidikan agama Islam, siswa terdorong melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran seperti membaca, mengobrol, bermain, berdiam diri tanpa memperhatikan keterangan guru dan bahkan ada yang keluar yang disebabkan guru terlalu monoton dalam satu metode pembelajaran.
Melihat dari kondisi yang ada di lapangan dengan yang idealnya, sangat jauh berbeda, karena pendidikan agama Islam sudah sepantasnya dikuasai oleh siswa sebagai pedoman dalam menjalankan hidup dan hasil belajar yang diperolehnya berada di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM). Sedangkan secara idealnya mereka harus mampu menguasai Pendidikan agama Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan dan memiliki nilai minimal rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (6,5), namun itu semua masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sifat pembelajaran pendidikan agama Islam sekolah yang berjenjang dan spiral membuat masalah di atas tidak bisa terus-menerus dibiarkan, karena akan membuat siswa menghadapi kendala untuk maju ke tahap pembelajaran berikutnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diterapkan pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam hal ini guru harus dapat melaksanakan model pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam dengan baik.
Menciptakan proses pembelajaran yang menunjang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dan hasil belajarnya menjadi lebih baik, guru dapat menerapkan dan merancang berbagai strategi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menunjang aktifitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya meningkat adalah melalui pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini siswa diberi kesempatan untuk memahami pendidikan agama Islam. Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan teman-teman sekelompoknya dan mengembangkan ide-ide mereka kemudian menerangkannya dalam bentuk soal yang nantinya akan dikirim ke kelompok lain. Di samping itu mereka juga dituntut untuk mampu memberikan solusi dari soal yang diajukan oleh kelompok lain. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan selanjutnya akan meningkatkan hasil belajarnya.

Oleh karena itu, melalui penelitian akan dilihat apakah pembelajaran pendidikan agama Islam melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
2. Apakah penggunaan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan informasi tentang strategi pembelajaran melalui upaya :
1. Meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar pendidikan agama Islam pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
2. Meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar terutama bermanfaat bagi:
1. Siswa dalam mengatasi berbagai kendala dalam belajar seperti ketidakaktifan dalam belajar, kejenuhan dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Guru dalam rangka menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, sehingga dapat mengaktifkan Siswa dalam proses pembelajaran.
3. Tenaga kependidikan lainnya dalam menciptakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
G. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Belajar Aktif
Menurut Silberman (2004:4) ”Hal yang menyebabkan kurang aktifnya kegiatan belajar ketika siswa beranjak dewasa adalah guru merasa terikat oleh mata pelajaran mereka dan tertekan oleh terbatasnya waktu yang mereka miliki untuk mengajarkannya”.
Untuk dapat menanggulangi keterbatasan waktu yang dimiliki dalam mengajarkan materi, siswa dapat

Jumat, 02 Desember 2011

EVALUASI DIRI SEKOLAH


PENDAHULUAN

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag) telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 tahun 2009. SPMP mendefinisikan penjaminan mutu sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan/program pendidikan, penyelenggara satuan/program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Pada tataran operasional, penjaminan mutu dilakukan melalui serangkaian proses dan sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu dari tenaga kependidikan, program dan lembaga. Proses penjaminan mutu mengindentifikasi bidang-bidang pencapaian dan prioritas untuk perbaikan, menyediakan data untuk pembuatan keputusan berbasis bukti dan membantu membangun budaya perbaikan yang berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan dikaji berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Sekolah/Madrasah adalah pelaku utama dalam proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Salah satu alat untuk mengkaji kemajuan peningkatan mutu sekolah secara komprehensif yang berbasis Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah Evaluasi Diri Sekolah dan Madrasah (EDS/M). EDS/M sebagai salah satu komponen SPMP diharapkan dapat membangun semangat dan kultur penjaminan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan begitu juga halnya di SMPN 35 Padang.
Kondisi SMPN 35 Padang pada dasarnya masih membutuhkan pembinaan secara kontiniu dan signifikan, karena dengan diadakannya Evaluasi Diri Sekolah semakin jelasnya kekurangan dari SMPN 35 Padang ini dan akan lebih dikembangkan untuk ke depan.
















DAFTAR ISI

Nomor Bagian Halaman
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Pendahuluan iii
1. Standar Isi ……………………………………………………………………………. 1

2. Standar Proses …………………………………………………………………….. 2

3. Standar Kompetensi Lulusan ……………………………………………….. 5

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ………………………. 6

5. Standar Sarana dan Prasarana ……………………………………………. 7

6. Standar Pengelolaan ……………………………………………………………. 8

7. Standar Pembiayaan ……………………………………………………………. 11

8. Standar Penilaian …………………………………………………………………. 12

Penutup
Download disini


Kamis, 01 Desember 2011

LAPORAN ANALISIS KONTEKS


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Kondisi ideal suatu sekolah sesuai SNP

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pengertian masing-masing standar tersebut adalah :
a. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

2. Kondisi riil sekolah

2.1. Sarana dan prasarana sekolah
Tanah dan halaman
Tanah sekolah sepenuhnya milik Negara dengan luas total areal 6.000 m2. Keadaan tanah sekolah SMP Negeri 35 Padang:
Status : Milik Negara
Luas tanah : 6.000 m2.
Luas bangunan : 4.189 m2
Gedung sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Namun ada beberapa bangunan dalam kondisi rusak. Keadaan gedung SMP Negeri 35 Padang sebagai berikut :
Luas Bangunan : 4.189 m2
Ruang Kepala Sekolah : 1 Baik
Ruang TU : 1 Rusak Ringan
Ruang Dewan Guru : 1 Baik
Ruang Kelas : 8 Baik dan 3 Rusak Sedang
Ruang Lab. IPA : 1 Baik
Ruang Perpustakaan : 1 Rusak ringan
Ruang BK : 1 rusak berat
Lab. Komputer : 1 Baik
Ruang UKS : 1 baik
2.2. Anggaran Sekolah
Anggaran Sekolah berasal dari dana pemerintah yang merupakan Dana BOS.
DOWNLOAD DISINI
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

Komentar facebook